Jumat, 17 Juni 2011

Diantara Persahabatan, dan Cinta (part 1)

Diantara Persahabatan, dan Cinta

-Kartika P.O.V-
Ini sepenggal kisah kami, kisah antara aku, kau, dia, dan kita. Kisah diantara persahabatan, dan cinta. Aku adalah seorang gadis bodoh yang bermimpi memilikimu, gadis bodoh yang mengharap cinta darimu ALVIN JONATHAN SINDHUNATA, seorang yang begitu sempurna di mataku. Harapku yang begitu tinggi jatuh begitu saja saat engkau mengumumkan bahwa kau telah memilikinya, memiliki NUR HALIMAH, gadis yang engkau pilih sebagai tambatan hatimu, jujur, aku sangat sakit. Aku cemburu kala engkau menggenggam tangannya erat. Aku cemburu saat engkau membelai rambutnya, aku cemburu saat engkau mendekapnya erat. Aku sadar aku hanya ‘sahabat’ dimatamu, tapi apakah tidak ada kesempatan buat aku untuk menjadi kekasihmu? Ah, kurasa semua kesempatan itu sudah tertutup rapat. Semuanya terkubur dalam-dalam seiring berjalannya waktu. Entah berapa lama aku termenung merenungi semua ini hingga aku merasakan sebuah dekapan dari seseorang yang sangat aku sayangi.

“Hey, kok ngelamun sih? Mikirin Apin yah?” ucapnya narsis yang tidak kupungkiri kebenarannya.
“Apa sih Pin? Ngeganggu aja deh, lagian udah punya kak Ima juga main peluk-peluk orang sembarangan” ya, dia adalah Alvin. Lelaki yang amat kusayangi.
“Huh, nggak boleh yah? Apin kan kangen sama Titha..” ucapnya –sok- imut, tetapi mampu membuatku tersenyum.
“Dih, gombal ah, Titha bilangin kak Ima ah,”
“Eh, eh, jangan dong, ntar dipecat Apin jadi bronisnya, haha”
“Bronis? Brondong manis gitu? Yang ada kasian kak Ima, dapet brondong sepet kayak Apin”
“Hue, si Titha jahat sama Apin ah, Apin ngambek nih” ucapnya sambil –pura-pura- buang muka dan cemberut, aku terkekeh melihat ekspresinya.
“Hehe, emang ada gitu orang ngambek bilang-bilang?”
“Ini ada! Aku Alvin! Weeek..” ucapnya sambil menjulurkan lidah.
“Eh, Apin kok bisa masuk ke sini sih? Kan kamar udah Titha kunci” tanyaku keheranan, bagaimana tidak, seingatku kamarku sudah aku kunci, dan kuncinya masih ada sama aku kok.
“Hoho, Apin grasak-grusuk di rumah Titha mah biasa, Apin kan ada kunci cadangan kamar Titha, Titha juga ada kunci cadangan kamar Apin kan? Jangan bilang kalo kuncinya ilang.” Aku menepuk pelan jidatku, kenapa aku bisa lupa hal ini yah? Haha, umur emang masih muda, tapi soal pikun aku yang the best, haha.
“Jangan bilang Titha lupa lagi.” tebak Alvin tepat. Aku hanya cengegesan.
“Tuhkan bener, ckck, Titha pikunnya kapan ilang sih? Awet banget, ckck”
“Sorry Pin, bawaan lahir, hehe” ucapku sambil menggaruk belakang telingaku yang sebenarnya tidak gatal. Dia mengacak lembut rambutku, jantungku berdetak lebih cepat. Tanpa sadar sebuah senyum terukir dari bibirku.

-Ima P.O.V-

Aku tersenyum melihat kedekatan mereka –Alvin dan Kartika- dari sini, dari balkon kamarku yang kebetulan berhadapan dengan balkon kamar Tika –panggilan akrab Kartika-, entah mengapa aku ikhlas melihat mereka jalan berdua, mereka terlihat begitu akrab satu sama lain. Aku akui aku salah telah masuk ke dalam hidup Alvin, hidup lelaki yang sama sekali tidak pernah aku sayangi, aku menjadikannya kekasihku karna aku ingin membuktikan pada Gabriel, mantanku bahwa aku bisa hidup tanpanya. Tindakanku sangat jahatkah? Tanpa perlu ditanyakan jawabannya pasti iya. Sejujurnya aku tidak mengharapkan ini semua terjadi. Tetapi, perlakuan Gabriel ke aku cukup menyakitkanku. Aku masih ingat bagaimana dia menduakanku dengan Shilla, sahabatku. Aku juga masih ingat bagaimana rasa sesak itu menyeruak ke dalam batinku dan membuatku hampir mengakhiri hidupku.
Tak kusangka sore itu menjadi sore kelam dalam hidupku. Waktu dimana aku harus merelakan kisahku bersamanya, hanya demi sahabatku. Kisah klasik yang amat sangat menyesakkan aku. Meluluhlantahkan harapanku seketika. Mengapa harus Shilla? Mengapa harus sahabatku? Mengapa Tuhan? Aku bodoh! Harusnya aku sadar bahwa Iel –panggilan akrab Gabriel- lebih mengharapkan Shilla, bukannya aku. Aku berlari tanpa arah, hingga sampailah aku di sebuah jembatan. Entah setan apa yang terlintas dalam hatiku, aku berniat mengakhiri hidupku. Aku mulai memejamkan mata, dalam hati aku menghitung mundur.
3... 2...
Tepat saat aku hampir merelakan nyawaku melayang begitu saja, aku merasa ada yang menarik tubuhku. Refleks, aku membuka mata. Dari sudut mataku, ku lihat Alvin, tetanggaku. Hatiku berdegub kencang saat matanya dan mataku bertemu. Apakah aku jatuh cinta kepadanya? Secepat inikah?
“Eh, maaf kak, aku main narik tubuh kakak sembarangan, hehe” ucap Alvin gelagapan sambil melepaskan tangannya.
“Nggak papa kok, makasih ya udah mau nyelametin cewek bodoh kayak aku.” Jawabku sambil tersenyum manis, diapun membalas senyumku. Senyumnya amat sangat manis, aku suka melihat senyumnya. Namun, aku merasakan tatapan tidak suka dari arah kanannya, tepat dimana Tika, sahabat sekaligus tetangga kami berdiri. Mengapa dia menatap kami seperti itu? Apakah dia memiliki perasaan lebih kepada Alvin. Ah, sudahlah, bukan urusanku juga. Sejak saat itu, aku dan Alvin mulai akrab. Hingga suatu ketika Alvin menyatakan rasa suknya kepadaku. Akupun menerimanya, entah karena sayang yang tulus, atau hanya karena emosi sesaat. Yang jelas, aku nyaman medapat kekasih baik seperti Alvin, walaupun secara usia dia lebih muda dari aku, tetapi cara berfikirnya membuatku kagum kepadanya. Entahlah, biarkan semua ini mengalir seperti air.

+++

Lalalala,
Saya hadir dengan cerpen special khusus buat yang saya tag :p
Couplenya jangan pada protes yah?
Sesuai ketetapan (?) saya dan kak Ima, couplenya KartikaAlvin dan IelIma :p
oh ya, nama Titha itu nama cadel ala adek saya #nggaknanya
Haha, bagi yang nggak suka nggak usah baca,
Cerpen ini just for fun kok :-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar