Happy ending,
Mungkin kata itu adalah kata yang tepat untuk semua kisah kita. Sempat terpikirkan olehku bahwa jalinan cerita kita akan berhari dengan sebuah tragedi, namun Tuhan berkehendak lain. Terima kasih Tuhan. Maafkan semua perlakuan kasarku dulu, Kka. Aku kasar ke kamu karena semua kesalahpahaman. Maafkan aku Kka, jujur aku mencintaimu, namun aku harus membuatku meninggalkanku. Setidaknya itu lebih baik daripada aku yang meninggalkanmu. Semua itu berawal dari vonis dokter beberapa bulan lalu.
"Nona Tika, anda ditunggu di ruangan dokter sekarang." ucap sang suster setelah aku menunggu hasil labku beberapa hari yang lalu. Akupun melangkahkan kakiku menuju ruang dokter. Sang dokter menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan. Pertanda apa ini, Tuhan?
"Ehm, siang dok" ucapku agak kikuk setelah duduk di kursi yang berada di depan meja dokter tersebut.
"Siang, ini hasil lab anda beberapa hari yang lalu." aku menerima uluran map dari dokter tersebut dengan ragu-ragu. Aku membukanya, tulisan dalam map itu makin membuatku nervous. Aku sama sekali tidak mengerti apa isinya.
"Ehm dok, ini isinya apa ya? Saya kurang paham dok," ucapku kikuk, sang dokter menghela nafas berat. Aku menggigit bibir bawahku.
"Maaf, dari hasil lab tersebut, anda positif menderita kanker hati stadium akhir. Dan maaf, umur anda diperkirakan tinggal beberapa bulan lagi." aku tercekat, badanku mulai bergetar.Bagaimana bisa aku menderita penyakit itu?!
"Ma... Makasih dok," aku segera bergegas pulang. Sesampainya di rumah, aku segera membakar map itu .Aku tidak mau seorangpun tahu akan penyakitku. Tiba-tiba aku merasa ada yang memelukku dari belakang. Aku tak asing dengan dekapan ini, dekapan dari kekasihku sejak 1 tahun yang lalu, Akupun segera menoleh,
"Cakka..." ucapku jengah, jangan sampai 'sampah' itu masih tersisa.
"Lagi bakar apa sih?"
"Ehm.. enggak, enggak papa kok" ucapku sambil tersenyum paksa.
"Beneran? Nggak bohong kan?" tanyanya -sedikit- curiga.
"Iya, iya, nggak percayaan amat sih" sahutku sedikit kesal.
"Hehe, peace sayang, jalan yukk"
"Enggak ah, aku mau istirahat aja, see you" rasanya, aku ingin segera menghilang dari hadapannya. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika dia tahu keadaanku yang sesungguhnya.
Waktu itu, saat berada di dalam kamar, aku merenungi semuanya. Apakah aku harus mengikuti chemoterapy? Bukankah itu percuma? Terlebih, semua orang akan tahu tentang penyakitku. Saat itu, tekadku sudah bulat, aku harus membuat Cakka membenciku, agar dia tidak menyesali kepergianku. Dan aku berhasil, sampai akhirnya dia benar-benar menjauhiku. Tetapi saat Cakka mulai menjauh dariku, dan aku mulai berusaha hidup tanpanya, suatu kabar mengejutkan datang kepadaku. Ternyata....
Ku dengar HPku berdering, aku segera mengangkat telephone tersebut.
"Hallo..." sapaku.
"Hallo, saudari Pangestika Fauzia?"
"Iya, saya sendiri, ini dari siapa ya?"
"Ini dari Rumah Sakit Harapan, anda diminta untuk segera kemari, ada beberapa hal yang perlu dibicarakan dokter kepada anda terkait hasil lab 2 bulan lalu."
"Ya, saya segera kesana" aku memutuskan telephone tersebut.Akupun segera menuju RS tersebut. sesampainya disana, aku dikejutkan dengan kenyataan. ternyata aku tidak mengidap penyakit kanker hati. Yang mengidap penyakit itu memang bernama TIKA, namun bukanlah PANGESTIKA melainkan KARTIKA. Apa yang harus kulakukan sekarang, Tuhan?! Cakka terlanjur membenciku sekarang. Hhhh....
Sejak saat itu, aku mulai sakit-sakitan. Dan -menurut semua saudaraku- aku sering menyebut nama Cakka. -menurut mereka- Orang tuaku bingung, dan akhirnya berbicara dengan kedua orang tua Cakka. Mereka -orang tuaku dan orang tua Cakka- sepakat untuk menjodohkanku. Aku merasa saat itu Cakka tidak suka dijodohkan denganku. Memang Cakka pernah memintaku untuk menjadi kekasihnya, namun aku rasa dia masih kecewa terhadapku. Cinta itu memang hancur karnaku, rapuh olehku, dan sirna sebabku. Namun, apakah tidak ada harapan untukku untuk menggapai cinta itu lagi? Yang aku inginkan bukan sekedar ragamu yang kembali, namun juga hatimu.
-Kka-
Maafin aku Tik, aku harus berpura-pura tidak tau semuanya. Maaf kalau aku mempermainkanmu, tapi hanya ini satu-satunya cara untuk membuatmu jujur. Aku mau menghentikan semuanya kalau kamu mau jujur atas semuanya. Jujur tentang dugaan dokter yang tertukar itu. tentang Tika yang lain, bahkan aku sempat datang ke makamnya. Aku tau semuanya Tik, please jujur sama aku. Aku sudah tak tahan harus bersikap dingin padamu. Semuanya ini hanya tergantung padamu, karena semua cintaku berasal darimu dan akan kembali untukmu. Tolong jangan bohongi aku. Buat apa kita saling berhubungan kalau diantara kita masih ada topeng. Buat apa Tik? Buat apa?! Aku tak mau kisahku sama seperti Alvin, yang menyayangi tapi dia terlambat untuk mengatakan. Aku juga tak mau kisahku sama seperti Iel, yang harus pura-pura membenci padahal ia sangat menyanyangi. Hentikan semua ini, Tik. Aku sudah tak sanggup lagi.
-Author-
Dengan sedikit keberanian, gadis itu menghampiri seorang lelaki yang tengah termenung menatap taman. Entah apa yang membuat lelaki itu termenung.
"Kka... Boleh aku bicara sebentar?" Lamunan lelaki yang dipanggil 'Kka' itu buyar begitu saja. Sorot mata lelaki itu tak mampu menyembunyikan keterkejutannya, namun sebisa mungkin ia menyembunyikannya. Dan baginya hanya butuh hitungan detik untuknya -lelaki itu- membuat raut wajahnya kembali datar. Ia hanya menggangguk. Gadis itupun mendesah melihat semuanya.
"Kka... Aku pengen jujur,"
"Hm..." gadis itu menghela nafas berat.
"Maafin aku, Kka.." gadis itu mulai terisak. Melihat isakan Tika -gadis itu-, Cakka-pemuda yang dipanggil Kka- mulai melunak direngkuhnya gadis yang mengisi hari-harinya selama ini.
"Maafin aku karena udah nggak jujur, maafin aku, Kka..." racauTika dalam pelukan Cakka. Cakka membelai rambut gadis itu dengan sayang.
"Aku udah tau semuanya, kenapa kamu bohongin aku? Bukankah kita udah janji buat saling jujur?" tanya Cakka lembut. Tika semakin mengeratkan pelukannya.
"Aku... Aku takut kamu ninggalin aku pas kamu tau kalau aku penyakitan..."
"Nggak akan Tik, nggak akan. Aku nggak sepicik itu. Aku sayang kamu apa adanya."
"Janji kalau kamu nggak akan pernah ninggalin aku?" tanya Tika sembari melonggarkan pelukannya.
"I'm promise," sahut Cakka yang meninggalkan gurat kebahagiaan di wajah Tika. Dan akhirnya semua berakhir dengan indah. Semoga tak akan ada lagi halangan untuk kisah kasih mereka.
~Fin~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar