“Alvin, kamu mau kemana?”
“Bukan
urusan lo! Udah cukup elo hancurin gue
DULU!”
“Tapi
Alv...”
“Jangan
panggil gue dengan sebutan itu lagi. Alv udah mati seiring dengan pilihan Ni 5
tahun yang lalu,”
“Alv...”
“Hentiin
air mata lo! Gue bukan Alv yang bakal luluh sama air mata lo.”
“Alv,
jangan pergi...”
“Andai
aja kamu tau yang sebenernya...”
“Kalo
kamu nggak mau dia lahir...”
“Gue
emang nggak menginginkannya. Sama sekali tidak, baik elo maupun dia.”
+++
“Gue
nggak bisa kayak gini terus, Chels. Gue capek.”
“Elo
musti berdamai dengan ego lo, Vin.”
“Nggak
bisa Chels, setiap gue liat dia pasti gue inget keputusannya 5 tahun lalu. Gue
nggak pernah bisa terima ini, dia dulu
yang memaksa untuk pergi dan merubah statusnya menjadi ipar gue, dan
sekarang apa? Dia kembali lagi dan kini dengan status istri gue. Gue bukan
boneka Chels, gue capek.”
“Kenapa,
Vin? Bukannya dulu elo yang seneng kalo dia menjadi istri elo”
“Nggak
Chels, cukup semua luka ini.”
“Vin,
dia nggak salah, dia nggak pernah salah. Ini semua sudah takdir kalian.”
“Takdir
macam apa? Kenapa saat gue mulai sayang sama elo hal ini terjadi? Kenapa saat
gue mulai move on dari semua keterpurukan gue dia harus kembali? Kenapa dia
harus kembali dengan kondisi yang berbeda.”
“Kondisi
yang berbeda? Elo nggak mempermasalahkan kandungannya kan?”
“Nggak,
sama sekali bukan karena kandungannya tapi karena posisinya sebagai istrinya
kak Cakka. Gue selalu sakit pas inget dia lebih milih kak Cakka daripada gue.”
“Pikirin
lagi, Vin. Jangan sampe elo nyesel nantinya.”
“Kenapa
elo baik banget, Chels? Kenapa elo masih baik ke gue, padahal elo tahu gue
belum bisa bales perasaan elo?”
“Buat
gue, ngeliat elo selalu tersenyum itu udah lebih dari cukup, Vin.”
“Makasih
Chels, gue nggak tau apa jadinya gue apabila elo nggak pernah disamping gue
saat ini.”
+++
“Tuhan,
apakah dosaku di masa lalu tak akan pernah termaafkan? Cakka, izinkan aku dan
anak kita pergi untuk menyusul kamu. Maafin Agni, Yah, Bun, Pah, Mah, Ray, ini
yang terbaik buat semua. Maafkan aku,
Vin hanya surat ini yang menjelaskan semuanya, karena kondisi kita saat ini
nggak memungkinkan kita untuk berbicara.”
+++
“Aku tahu ini beresiko, tapi inilah yang
terbaik,”
“Ibu Agni,
silahkan masuk”
“Siang
dok,”
“Siang,
apakah yang membuat ibu yakin dan kembali lagi?”
“Kami
tidak pernah diinginkan olehnya,”
“Tapi 3
bulan lagi mereka akan lahir, apakah ibu
tidak ingin memberinya kesempatan untuk hidup, siapa tahu kehadirannya mengubah
jalan pikiran dia,”
“Tidak
dok, lakukan saja sesuai yang saya minta kemarin.”
“Baiklah,
semoga ini memang yang terbaik.”
+++
“Apa?!
Agni menggugurkan kandungannya?... Dia juga meninggal?... Ba, baiklah kami akan
datang untuk mengambil jenazahnya.”
“Ada apa,
mah?”
“Antar
mama ke rumah sakit harapan, Ray.”
“Ada apa
sih, mah?”
“Beri tahu
kakakmu, Alvin untuk pulang ke rumah sekarang juga”
“Mah,
mah...”
+++
“Kak, elo
disuruh Mama pulang ke rumah sekarang juga... nggak tau, tadi gue nanya
dicuekin... kayaknya ada hubungannya sama kak
Agni deh... iya, soalnya tadi Mama mukanya kayak orang bingung gitu,
kayak pas mama tau kak Cakka meninggal dulu... iya, buruan.”
+++
“Mah,
in... ini beneran Agni?”
“Iya,”
“Mama
nggak lagi sandiwara kan?”
“Buat apa
bergurau semacam ini, ini bukan hal lucu. Mama udah kehilangan Cakka untuk
selamanya, dan sekarang Mama kehilangan Agni dan calon cucu Mama juga untuk
selamanya. Mama kira dengan menitipkan Agni ke kamu, Agni bakal ngelupain
niatnya buat menggugurkan kandungannya, ternyata mama salah.”
“Mah, dulu
kan Ray sudah pernah minta buat Agni jadi istri Ray, Ray bakal ngelindungin
Agni, mah. Kenapa mama milih aku?”
“Apa kamu
pikir mama nggak tau hubungan kamu, Agni, dan Cakka di masa lalu?”
“Mama, Ray
kira ini bukan salahnya...”
“Apa Ray?
Mama menyesal Ray, sangat menyesal. Harusnya 3 bulan lagi kita kedatangan
keluarga baru. Tapi sekarang harapan itu musnah.”
“Maafin
Alvin, mah. Ini semua salah Alvin,”
“...”
“Mah,
maafin Alvin. Alvin bener-bener nyesel mah,”
“Penyesalan
kamu sudah tidak berguna, Vin. Ray, urus pemakaman Agni sekarang juga dan
jangan pernah biarin Alvin nyentuh jasad Agni.”
“Tapi mah,
Alvin...”
“Tante,
apa tante yakin dengan keputusan tante?”
“Tante
yakin. Sekarang lebih baik nak Chelsea bawa Alvin pergi. Tante nggak mau liat
dia dulu hari ini.”
+++
“Agni,
maafin gue. Gue emang bodoh. Agni, kenapa gue nggak pernah mau dengerin elo
dulu? Kenapa elo harus pergi dengan cara seperti ini?”
“Vin,
pulang yuk. Agni mau dimakamin sore ini.”
“Nggak
Chels, percuma juga gue pulang, gue nggak diizinin buat ketemu Agni untuk
terakhir kalinya. Kalopun gue pulang, apa gunanya gue disana?”
“Biarin
gue yang ngomong ke nyokap lo, sementara gue bujuk tante Nasya, sebaiknya elo
di kamar dulu.”
“Elo
yakin?”
“Iya,”
+++
“Tante
Nasya, Chelsea mohon, izinin Alvin liat kak Agni untuk yang terakhir kalinya.
Chelsea mohon Tan,”
“Nggak,
Chel. Keputusan tante sudah bulat.”
“Om Jo,
Chelsea mohon, ijinin Alvin buat liat kak Agni. Chelsea mohon, om”
“Om nggak
bisa bantu apapun. Om sendiri juga kecewa sama Alvin.”
“Alvin
mohon ma, izinin Alvin liat Agni, sebentar saja ma,”
“Untuk apa
kamu berlutut seperti itu? Bukankah kamu tidak mau Agni hadir di kehidupanmu
lagi?”
“Alvin
mohon ma...”
“Nasya,
aku rasa Alvin berhak melihat Agni untuk yang terakhir kalinya.”
“Apa?!
Nggak Fy, udah cukup dia nyakitin Agni.”
“Alvin,
kamu mau lihat Agni kan? Bunda izinkan kamu untuk liat Agni.”
“Makasih
Bun,”
“Fy, apa
kamu nggak salah? Apa kamu nggak sakit dengan kepergian Agni?”
“Nggak
Nas, ini semua sudah takdir. Aku tau Alvin sangat menyesal. Tadi aku dan Rio tidak
sengaja melihat Alvin menangis saat membaca surat dari Agni di kamar mereka.”
“Apa kamu
yakin?”
“Ya,”
+++
“Maafin
aku Ag, aku tahu aku memang bodoh. Sesungguhnya aku masih mencintaimu. Maafkan
aku telah membiarkanmu terjatuh. Aku mohon kamu kembali Ag, aku mohon...”
“Ag,
kenapa kamu diem? Jawab aku Ag, jawab. Aku mencintai kamu Ag, sangat
mencintaimu.”
“Kenapa
kita harus berbicara lewat surat Ag? Kenapa kamu nggak ngomong langsung? Kenapa
juga kamu lebih milih buat nyusul kak Cakka Ag? Kenapa?”
+++
Alvin,
Aku tahu kamu terluka karena
keputusanku 5 tahun yang lalu, tapi yang perlu kamu tahu. Aku berhutang nyawa
kepada kak Cakka. Dia yang mendonorkan ginjalnya ke aku. Andai saja Bunda nggak pernah ngasih tau aku tentang hal
ini, pasti aku akan menerima lamaranmu. Kamu tahu apa yang menyebabkan kak Cakka
meninggal? Dia meninggal karena ginjal yang masih bertahan dalam tubuhnya
mengalami infeksi. Aku tau kamu sakit. Tapi aku juga sakit, Vin. Aku sakit saat
kamu bilang kamu nggak pernah menginginkanku dan anak ini. Namun aku juga
senang kamu membenciku. Aku lebih senang kamu membenciku daripada kamu membenci
kak Cakka.
Mungkin saat kamu baca surat ini, kamu
nggak akan pernah bisa liat aku ataupun anak ini lagi. Mulai saat ini, kamu
nggak akan pernah melihatku yang mungkin memuakkan bagimu. Aku mohon kamu
pulang, Vin. Rumah ini milikmu. Nggak seharusnya kamu yang pergi. Kamu selama
ini tinggal dimana, Vin? Apakah kamu baik-baik saja? Hampir 10 hari kamu nggak
pulang. Aku sangat menginginkan kamu menerima kedua anakku. Ya, bayi yag ada di
rahimku kembar 3, 2 laki-laki dan perempuan. Seandainya mereka lahir mereka
akan ku beri nama Difa, Ozy dan Angel. Tapi semuanya mustahil. Ini bukan
salahmu, ini semua salahku. Kamu pantas bahagia. Kejarlah kebahagiaanmu. Aku
harap kamu akan senang saat aku pergi. Haruskah aku berlutut untuk memintamu
pulang?
Sampaikan maafku kepada Bunda, Ayah,
Mama, Papa, dan Ray. Aku nggak mungkin bertahan lagi. Aku dan kedua anakku
ingin pergi menyusul kak Cakka. Mungkin di samping kak Cakka adalah tempat terbaik untukku dan kedua malaikat
kecilku. Tenang saja, Vin aku dan kedua anakku tidak mungkin menghantuimu
karena menurut ilmu agama ruh yang sudah terpisah dari jasadnya maka juga akan
terpisah dari bumi. Semoga kamu nggak pernah dihantui rasa bersalah yang akan
memunculkanku lagi dalam ingatanmu. Sejujurnya aku masih mencintaimu, baik itu
dulu, sekarang, ataupun nanti.
+++
Bunda, Ayah, Mama, Papa, Ray,
Aku minta maaf karena aku memilih buat
pergi. Maaf karena penantian kalian selama 5 tahun belakangan harus sia-sia.
Agni nggak mungkin lagi bertahan. Agni capek, aku udah kehilangan kak Cakka,
ini semua karena Agni yang penyakitan. Terima kasih atas kesabarannya selama
ini nunggu kehamilan aku berhasil. Sepertinya aku memang di percaya Tuhan untuk
memiliki seorang anak. Dulu, saat aku hamil baru 4 minggu saja sudah keguguran.
Entah apa dosa Agni di masa lalu sehingga Tuhan baru menitipkan kehidupan di
rahim Agni sekarang. Tapi Tuhan memang baik kepada Agni, buktinya sekarang
Tuhan nitipin 3 baby ke rahim Agni. Tapi Agni rasa, mereka lebih baik berada
disamping kak Cakka. Kak Cakka pasti merindukan kehadiran mereka. Dan menurut
dokter juga jika mereka lahir, mereka bakalan tidak sempurna. Kata dokter,
berat badan Agni masih jauh diatas normalnya ibu hamil.
Ray,
Berhubung kak Agni nggak punya adik
yang bisa dititipin buat ngejagain AyahBunda, kakak titip Ayah dan Bunda ya?
Kamu cepetan nikah sama Acha ya, semoga kamu cepet dipercaya Tuhan buat jadi
ayah, nggak kayak kakak dan kak Cakka yang musti nunggu bertahun-tahun buat
jadi orang tua.
Papa Jo,
Papa jangan nangis ya? Soalnya kan
mama Nasya nggak nangis. Mama Nasya aja kuat masak iya seorang papa Jonathan
yang cool nangis sih, jangan ngulangin kejadian pas pemakaman kak Cakka ya,
pah, hehe. Papa jangan lupa ya maksa si Ray cepetan nikah sama Acha.
Mama Nasya,
Agni minta maaf ma, Agni nggak bisa
ngasih mama cucu, tenang ma, masih ada Alvin dan Ray. Suruh aja Alvin buruan
nikah dengan Chelsea dan Ray buruan nikah sama Acha. Mama, andai aja kak Cakka
nggak duluan pergi pasti mama bisa liat Kak Cakka, aku, Difa, Ozy, dan Angel
main di halaman rumah, hehe.
Ayah,
Ayah jaga Bunda ya, tau sendiri kan
kalo shock langsung drop, ya walaupun ekspresi bunda 11-12 sama mama, sama
–sama tenang jadi nggak tau kapan lagi ngamuk deh,hehe. Maaf yah, Agni harus
pergi dengan cara kayak gini, yang jelas Agni sayang sama ayah. Maaf juga
karena Agni batal ngasih cucu ke ayah.
Bunda,
Maafin Agni ya bun, Agni tau bodoh,
tapi ini yang terbaik Bun. Kalaupun mereka lagi mereka bakal cacat, Agni nggak
mau kalo Agni ntar malu-maluin Bunda karena kondisi anak Agni. Oh ya Bun, hasil
USG terakhir ada di kamar Agni di kotak kecil warna biru di kotak itu ada diary
Agni juga. Tapi semuanya nggak ada yang boleh buka, kalo perlu di bakar aja
deh. Dan jangan sampe diary itu dibaca Alvin. Udah cukup Agni nyakitin Alvin
selama ini. Agni sayang banget sama Bunda.
Semuanya,
Agni pamit ya, nggak usah sedih kalo
Agni pergi. Agni di sini baik-baik kok, yah walaupun harus disiksa Tuhan
sebagai hukuman karena Agni telah membunuh ketiga anak Agni, tapi... ini lebih
indah daripada Agni harus merepotkan kalian semua.
+++
Fin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar