Kali ini gue balik dengan seumprit pendapat gue tentang "Perjanjian Batu Tulis Megawati-Prabowo".
Well, gue tau gue ini masih ababil, kalo ngomong suka asal jeplak, gue belum bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, masih sinetronholic (?), dan gue ini masih anak SMA! catet, MASIH ANAK SMA! But, jangan salah, gue juga cinta hukum dan politik, dari gue kelas 3 SMP sampe sekarang di tingkat teratas sebagai pelajar, gue MASIH CINTA sama hukum dan politik. Jujur, gue juga males bikin postingan kayak gini di blog gue yang penuh dengan coretan alay khas remaja punya gu, but, you know lah, cinta bisa merubah segalanya *cieelah bahasanya
Back to the topic, honestly, gue gerah sama kondisi politik yang carut-marut, amburadul, dan nggak karu-karuan. Well, gue tahu tahun ini itu tahunnya berelemen kayu dan sudah pasti keadaan jadi susah karena bakal ada tragedi saling memukul but, JANGAN di bidang POLITIK, please. Menurut gue, politik itu kunci dasar kehidupan berbangsa dan bernegara. Asked why? karena jika kondisi politik kondusif maka semua berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara pun akan kondusif, begitu pula sebaliknya.
Di postingan ini, gue bakal bahas tentang topic yang lagi hot di kalangan masyarakat awam, yaitu soal "PENGHIANATAN PDI-P TERHADAP PERJANJIAN BATU TULIS MEGAWATI-PRABOWO". Sebelum kalian baca postingan gue, gue mau kasih warning ke reader-san dulu kalo semua postingan ini berasal dari pendapat gue pribadi. Dan postingan ini nggak pernah dapet bayaran sesenpun, postingan ini bukan postingan bayaran. Gue nulis ini pure kemauan gue. INGET YA, KARENA MURNI KEMAUAN GUE.
Well, inilah perjanjian batu tulis antara Megawati dan Prabowo yang lagi heboh dipergunjingkan diseluruh pelosok negeri tercinta ini.
Nah, pikunya sengaja gue gedein, biar pada ngeh, dan nggak cuma berkata gue nggak paham maksud isi perjanjian batu tulis itu. Yang jadi trend kan pasal 7nya yang berbunyi "Megawati Soekarnoputri mendukung pencalonan Prabowo Subianto sebagai Calon Presiden pada Pemilu Presiden tahun 2014". Well, gue tau kok kalo tindakan Bu Mega yang memberikan mandat pada Pak Jokowi itu -mungkin- melukai isi perjanjian batu tulis itu. But, coba liat dari sisi yang lain.
PDI-P sebagai salah satu partai besar di Indonesia juga harus menyiapkan beberapa kemungkinan, diantaranya kemungkinan itu adalah :
PDI-P mendapatkan kursi di DPR lebih dari 20% dan BERHAK untuk mengusung Calon Presiden dan Wakil Presiden. Karena alasan inilah gue merasa mandat Bu Mega terhadap Pak Jokowi TIDAK MELANGGAR PERJANJIAN BATU TULIS. Why? karena sebagai ketua umum beliau juga harus bersikap bijaksana. Beliau memberi mandat Pak Jokowi untuk maju dalam bursa calon presiden juga karena tuntutan rakyat di berbagai daerah. Jadi intinya menurut gue, mandat yang beliau berikan TIDAK MELANGGAR PERJANJIAN BATU TULIS.
Dan gue menilai sikap Pak Prabowo yang -menurut gue- arogan dan menuding Pak Jokowi sebagai capres boneka justru membuat masyarakat awam menilai kalau Pak Prabowo merasa tertekan dengan keberadaan Pak Jokowi di bursa capres 2014 dan juga sebagai sikap yang kurang gentle. Seharusnya Pak Prabowo tidak perlu mengungkit soal perjanjian batu tulis dan menuding Pak Jokowi sebagai capres boneka karena tindakan Pak Prabowo inilah yang membuat masyarakat menyimpulkan kalau Pak Prabowo sangat berambisi menjadi Presiden dan takut menghadapi Pak Jokowi sebelum bendera perang secara resmi dikibarkan.
Cukup sekian dari gue yang masih piyik dalam bidang politik ini, tapi gue berharap postingan ini sedikit meluruskan presepsi yang agak bengkok mengenai perjanjian batu tulis. Kalau ada kata yang kurang berkenan, mohon maaf yang sebesarnya. Terima kasih sebelumnya atas waktu yang telah diluangkan untuk sekedar membaca postingan gue.
Regards,
Kartika Purnamasari
(@kaa_vin)